Selasa, 01 Januari 2019

*Literasi Membangun Indonesia*

*Literasi adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan  individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.*

Istilah literasi dalam bahasa latin disebut sebagai *Literatus* yang artinya adalah orang yang belajar.

Selanjutnya National Institut for Literacy sendiri menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah *kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.*

UNESCO menjelaskan bahwa *literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks dimana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya.*  pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nilai-nilai budaya serta pengalaman.

Kemudian, di dalam kamus online Merriam – Webster, dijelaskan bahwa literasi adalah kemampuan atau kualitas melek aksara dimana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual.

Dari beberapa pengertian tersebut, kita kemudian tahu bahwa yang namanya literasi itu tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Kita bisa disebut sebagai orang yang memiliki kemampuan literasi bila kita sudah mendapatkan kemampuan dasar dalam berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca serta menulis, sehingga dengan demikian kita juga tahu bahwa kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan tulis adalah pintu pengembangan makna literasi selanjutnya.

*Mengapa diperlukan Gerakan Literasi Sekolah*

Adanya fakta hasil survei internasional (PIRLS 2011, PISA 2009 & 2012) yang mengukur bahwa keterampilan membaca peserta didik Indonesia menduduki peringkat bawah.

Tuntutan keterampilan membaca pada abad 21 adalah kemampuan memahami informasi secara  analitis, kritis, dan re­flektif.

Pembelajaran di sekolah belum mampu mengajarkan kompetensi abad 21.

Kegiatan membaca di sekolah perlu dikuatkan dengan pembiasaan membaca di keluarga dan masyarakat.

Tujuan umum terciptanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS)  ini adalah untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Tujuan khusus Gerakan Literasi Sekolah :

1. Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah.

2. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.

3. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

4. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

*Jenis Literasi*

Sekarang ini, istilah literasi sudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luas tetapi tetap merujuk pada kemampuan atau kompetensi dasar literasi yakni kemampuan membaca serta menulis. Intinya, hal yang paling penting dari istilah literasi adalah bebas buta aksara supaya bisa memahami semua konsep secara fungsional, sedangkan cara untuk mendapatkan kemampuan literasi ini adalah dengan melalui pendidikan. Sejauh ini, terdapat 9 macam literasi, antara lain:

*Literasi Kesehatan*

Literasi kesehatan merupakan kemampuan untuk memperoleh, mengolah serta memahami informasi dasar mengenai kesehatan serta layanan-layanan apa saja yang diperlukan di dalam membuat keputusan kesehatan yang tepat.

*Literasi Finansial*

Literasi finansial, yakni kemampuan di dalam membuat penilaian terhadap informasi serta keputusan yang efektif pada penggunaan dan juga pengelolaan uang, dimana kemampuan yang dimaksud mencakup berbagai hal yang ada kaitannya dengan bidang keuangan.

*Literasi Digital*

Literasi digital merupakan kemampuan dasar secara teknis untuk menjalankan komputer serta internet, yang ditambah dengan memahami serta mampu berpikir kritis dan juga melakukan evaluasi pada media digital dan bisa merancang konten komunikasi.

*Literasi Data*

Literasi data merupakan kemampuan untuk mendapatkan informasi dari data, lebih tepatnya kemampuan untuk memahami kompleksitas analisis data

*Literasi Kritikal*

Literasi kritikal merupakan suatu pendekatan instruksional yang menganjurkan untuk adopsi perspektif secara kritis terhadap teks, atau dengan kata lain, jenis literasi yang satu ini bisa kita pahami sebagai kemampuan untuk mendorong para pembaca supaya bisa aktif menganalisis teks dan juga mengungkapkan pesan yang menjadi dasar argumentasi teks

*Literasi Visual*

Literasi visual adalah kemampuan untuk menafsirkan, menciptakan dan menegosiasikan makna dari informasi yang berbentuk gambar visual. Literasi visual bisa juga kita artikan sebagai kemampuan dasar di dalam menginterpretasikan teks yang tertulis menjadi interpretasi dengan produk desain visual seperti video atau gambar

*Literasi Teknologi*

Literasi teknologi adalah kemampuan seseorang untuk bekerja secara independen maupun bekerjasama dengan orang lain secara efektif, penuh tanggung jaab dan tepat dengan menggunakan instrumen teknologi untuk mendapat, mengelola, kemudian mengintegrasikan, mengevaluasi, membuat serta mengkomunikasikan informasi.

*Literasi Statistik*

Literasi statistik adalah kemampuan untuk memahami statistik. Pemahaman mengenai ini memang diperlukan oleh masyarakat supaya bisa memahami materi-materi yang dipublikasikan oleh media.

*Literasi Informasi*

Literasi informasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang di dalam mengenali kapankah suatu informasi diperlukan dan kemampuan untuk menemukan serta mengevaluasi, kemudian menggunakannya secara efektif dan mampu mengkomunikasikan informasi yang dimaksud dalam berbagai format yang jelas dan mudah dipahami.

*Pentingnya Literasi*

Jika dilihat dari pengertian yang sudah disebutkan sebelumnya, memang literasi hanya tampak berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis saja. Namun sekarang sudah berbeda, karena literasi juga mencakup pengetahuan seseorang berkomunikasi di dalam masyarakat, sehingga tidak heran bila kemudian gerakan literasi mulai digalakkan, literasi ini begitu penting di dalam kehidupan manusia apalagi manusia-manusia yang hidup di zaman yang diwarnai kecanggihan teknologi saat ini. Literasi ini sangat diperlukan dalam segala lini kehidupan manusia karena kemampuan literasi ini bisa menjadi kunci manusia untuk berproses menjadi manusia yang lebih berpengetahuan dan berperadaban.

Salah satu cara yang bisa ditempuh meningkatkan kemampuan literasi ini adalah dengan banyak membaca buku. Hanya saja yang sangat disayangkan adalah membaca tampaknya bukanlah budaya masyarakat Indonesia, mengingat masih banyak daerah di Indonesia yang minat bacanya rendah, dan alhasil kemampuan literasinya juga rendah. Setidaknya, ada berbagai hal yang menyebabkan kemampuan literasi terutama pada siswa siswi sekolah menjadi rendah, antara lain:

1. Guru memiliki minat baca yang rendah

2. Buku-buku yang bisa menarik minat baca siswa cukup sulit untuk diakses

3. Kondisi perpustakaan yang kadangkala kurang memadai

4. Minimnya buku bacaan yang tersedia

5. Kemampuan guru di dalam menerapkan pembelajaran yang berbasis literasi masih rendah

Gerakan literasi sekarang ini menjadi gerakan yang terus disosialisasikan pada setiap lapisan masyarakat. Kegiatan literasi merupakan suatu bentuk hak dari setiap orang untuk belajar di sepanjang hidupnya, dimana harapannya adalah dengan kemampuan literasi yang meningkat, kualitas hidup masyarakat juga bisa meningkat juga. Multiple Effect yang dimilikinya juga dianggap bisa membantu pembangunan yang berkelanjutan seperti pemberantasan kemiskinan, pertumbuhan penduduk, pengurangan angka kematian dan lain-lain

*Usaha Meningkatkan Minat Literasi*

Seperti yang telah dijelas di atas, sistem pendidikan di Indonesia mempunyai kontribusi terhadap rendahnya minat baca di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, harus dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkannya. Usaha-usaha itu harus dilakukan oleh sekolah (para guru) dan orang tua secara terintegrasi dan berkelanjutan.

*a.  Usaha-Usaha Para Guru*

1. Guru harus selalu mendorong dan memotivasi siswa untuk meningkatkan minat baca yang tinggi (guru sebagai motivator).

2. Guru mengatur dan mengelola kegiatan membaca siswa dengan mendinamiskan seluruh sumber bacaan, terutama yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah (guru sebagai dinamisator).

3. Guru harus mengawasi proses membaca siswa baik dalam jarak dekat maupun jarak jauh agar siswa merasa selalu ada pembimbingan dan pengawasan sehingga bacaannya terarah dan terukur (guru sebagai supervisor).

4. Guru bekerja sama dengan pengelola perpustakaan untuk membuat jadwal kunjungan ke perpustakaan sehingga kunjungan ke perpustakaan terkoordinasi dan terencana.

5. Mengadakan lomba sinopsis. Dengan membuat sinopsis sebenarnya siswa diajarkan untuk menuangkan gagasan ke dalam sebuah tulisan.

6. Mewajibkan semua siswa membudayakan membaca dan membuat slogan-slogan di kelas seperti “Tiada Hari Tanpa Membaca”, “Gunakan Waktu Luang untuk Membaca”, dan “Buku adalah Jendela Ilmu Pengetahuan”.

*b.  Usaha-Usaha Para Orang Tua*

1. Terus mengikuti perkembangan membaca anak.

2. Lebih perhatian pada anak, apakah mereka dapat membaca dengan lancar atau tidak.

3. Memberi pertolongan secepatnya jika ada masalah dalam membaca.

4. Memakai cara yang bervariasi untuk membantu anak.

5. Memperlihatkan antusias yang tinggi saat anak membaca buku bacaannya.

Dengan adanya kerja sama antara guru, orang tua, dan aparat yang terkait serta membuat kegiatan yang rekreatif dan edukatif diharapkan dapat membangun minat baca di kalangan siswa sekolah.

Untuk memenangkan persaingan global di segala bidang dan agar lebih bijak maka hal yang tidak bisa ditawar lagi dan harus dilakukan segera di Indonesia adalah meningkatkan minat baca. Usaha ini harus ditujukan kepada semua elemen masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Dengan membaca, kita akan tahu budaya orang lain juga budaya setiap negara. Tidak merasa diri paling benar, tapi justru saling menghargai keragaman budaya. Dengan demikian maka kedamaian dunia akan terwujud.

Mengingat juga begitu besarnya dampak membaca, maka disarankan budaya membaca harus segera dimasyarakatkan secara nasional. Sepatutnya program ini harus mendapat dukungan dari semua elemen masyarakat, terutama pemerintah, untuk membuat langkah strategi yang efektif dan efisien. Semoga dengan program literasi ini Indonesia terbebas dari kerusuhan dan siswa akan kembali pada kewajiban utamanya yakni belajar menuntut ilmu setinggi-tingginya

Sumber :
_Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah Ditjen Dikdasmen Kemendikbud_
_artikel internet_
_diskusi online Komed_

```Dedi Rahmat Hidayat, S.Pd
NIP. 197011302000031004
SMPN 2 Cigudeg Kab. Bogor```

1 komentar:

  1. membaca tentang jenis literasi jadi ingat bagaimana jenis literasi di kurikulum pendidikan di Adelaide. Ketika kami mendapat kesempatan berkunjung ke sana. Kami mendaoat kesempatan mengikuti pemaparan tentan jenis jenis literasi dari salah seorang pembicara dari departemen pendidikan Adelaide.

    BalasHapus